BAB I
A. LATAR BELAKANG
Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari. Pada
pembahasan kali ini saya akan membahas tentang warisan budaya Palembang.
B. TUJUAN
-
Untuk memberikan wawasan para pembaca, untuk mengetahui tentang budaya
Palembang serta warisan yang melekat
pada diri setiap manusia.
BAB
II
ISI
Kota Palembang adalah salah satu kota besar sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatra Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum kemudian berpindah ke Jambi.
Bukit Siguntang, di Palembang Barat, hingga sekarang masih dikeramatkan
banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu.
Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, lalu Jawa.
Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya
adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)",
adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa,
seperti Raden Mas/Ayu.
Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa
yang besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan
mengesankan "Chinese taste" yang kental masyarakat Palembang.
Palembang
merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada prasasti
Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota
Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan
sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.
Sejarah Kota Palembang
Secara teratur, sebelum masa NKRI pertumbuhan Kota Palembang dapat dibagi menjadi 4 fase utama:
Merupakan
zaman kegelapan, karena mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala
tentara Sriwijaya membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini
seperti yang tertulis pada manuskrip lama di hulu Sungai Musi merupakan
penduduk dari daerah hulu Sungai Komering.
Di
sekitar Palembang dan sekitarnya kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan
lokal seperti Panglima Bagus Kuning di hilir Sungai Musi, Si Gentar
Alam di daerah Perbukitan, Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu
Sungai Komering, Panglima Gumay di sepanjang Bukit Barisan dan
sebagainya. Pada fase inilah Parameswara yang mendirikan Tumasik
(Singapura) dan Kerajaan Malaka hidup, dan pada fase inilah juga terjadi
kontak fisik secara langsung dengan para pengembara dari Arab dan
Gujarat.
- Fase Kesultanan Palembang Darussalam
Hancurnya
Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan
lama hasil dari Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting
di balik hancurnya Majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario
Damar) dan Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan
Palembang. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan 'pengganti' dari
Majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula
'Kesultanan Palembang Darussalam' dengan 'Susuhunan Abddurrahaman
Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman' sebagai raja pertamanya. Kerajaan
ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan
agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar
di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu raja yang paling terkenal
pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang
tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris).
- Fase Kolonialisme
Setelah
jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud
Badaruddin II pada pertempuran yang keempat melawan Belanda yang pada
saat ini turun dengan kekuatan besar pimpinan Jendral de Kock,
maka Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa Sultan setelah
Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyatakan menyerah kepada Belanda
berusaha untuk memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan
pembumihangusan bangunan kesultanan untuk menghilangkan simbol-simbol
kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar,
dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.
Kota
Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai 'Kota Wisata Air' pada tanggal 27 September 2005. Presiden
mengungkapkan bahwa Kota Palembang dapat dijadikan kota wisata air
seperti Bangkok, Thailand dan Pnomh Phenh, Kamboja. Tahun 2008 Kota
Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat saya sampaikan
mengenai budaya Sumatra Selatan dan warisan yang melekat pada diri setiap
manusia, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
tema penulisan ini.
Saya banyak berharap semoga
tulisan ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
KESIMPULAN
Dari pengalaman masa lalu
kita, bahwa budaya Sumatra Selatan belum terlalu membudaya. Dari sebagian kita
mungkin memang telah menganut budaya Sumatera Selatan dan bahkan telah di
praktekan baik dalam keluarga, maupun masyarakat. Akan tetapi, kita jarang
membudanyakannya.serta jarang di gunakan atau di pahami .
SARAN
Mewujudkan budaya memang tidak mudah. Perlu ada usaha dari semua.
Yang paling utama, tentu saja, adalah adanya niat untuk memahami nilai-nilai
budaya sunda dan mempraktekanya secara terus menerus, atau membiasakannya dan
jangan sampai meninggalkannya atau melupakannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar